Pesawat Sukhoi jatuh di Gunung Salak. Penyebabnya masih misterius.
Penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat, pada 9 Mei 2012, masih misteri. Tim investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih melakukan penyelidikan untuk menyingkap penyebab tragedi itu.
Meski demikian, sejumlah analisa seputar kecelakaan yang menewaskan 45 orang ini berkembang di Rusia --negeri tempat pembuatan burung besi nahas itu. Mengutip sejumlah sumber dan data, media-media setempat menyajikan satu per satu analisa tersebut.
Terbaru, laman berita RIA Novosti mengutip Andrei Kuropyatnikov, Direktur Morsvyazsputni --perusahaan telekomunikasi milik negara Rusia. Dia mengatakan alarm pesawat nahas itu gagal memberikan peringatan kepada kru secara tepat waktu. Sukhoi itu menabrak gunung hanya delapan detik setelah alarm aktif.
Itu artinya, jarak waktu pengiriman data bahaya dengan reaksi alarm terlalu singkat. Peringatan bahaya datang terlambat. "Menurut standar internasional, data harus dapat diterima dalam waktu 40 detik," kata dia.
Sebelumnya, laman berita Pravda, justru menulis sebaliknya. Mengutip sumber yang sangat dekat dengan investigasi, laman itu menulis sistem peringatan dan pengenalan medan pesawat dalam kondisi aktif saat demo terbang itu. Data penerbangan juga menunjukkan pilot Alexander Yablonstev meminta izin untuk turun ketinggian, dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Permintaan itu dikabulkan oleh menara kontrol Bandar Udara Soekarno Hatta.
Sumber itu menduga kru pesawat menerima sinyal peringatan, baik audio dan visual, saat pesawat menuju ke gunung. Namun, pilot dan kru mengabaikan peringatan sistem pesawat karena yakin masih terbang di atas lembah, pada ketinggian yang aman. Pilot diduga tidak melihat keberadaan Gunung Salak karena tertutup awan tebal.
Kru diduga juga mendapat peringatan dari sistem lainnya. Sebelum menabrak tebing, sistem meminta roda pesawat dibuka. Pertanda pesawat terbang terlalu rendah. Dalam situasi ini, pilot dan kru bingung terhadap medan di sekitarnya. Izin turun ketinggian dikabulkan, namun sistem pesawat memberikan peringatan darurat.
Sehingga, pilot memutuskan untuk menonaktifkan peralatan otomatis untuk turun ketinggian secara manual. "Bisa jadi kru pesawat baru benar-benar yakin sedang terbang di atas lembah pada saat-saat terakhir," kata sumber sebagaimana dikutip Pravda.
Sementara itu, tabloid Rusia, Moskovsky Komsomolets, menuliskan isi Flight Data Recorder (FDR) menunjukkan kecelakaan itu disebabkan oleh manuver berbahaya sang pilot. Saat pesawat mendekati gunung, navigator memberi peringatan. Namun, Yablonstev mengabaikannya dan terus bermanuver.
Menanggapi berbagai analisa tersebut, Ketua Tim Investigasi KNKT untuk kasus Sukhoi, Mardjono Siswosuwarno, tidak mau menanggapinya. "Analisa seperti itu tidak perlu digubris," kata Mardjono saat berbincang dengan VIVAnews, Selasa 26 Juni 2012.
Menurut dia, analisa yang sahih dan sah hanya dikeluarkan oleh KNKT sebagai otoritas yang melakukan penyelidikan. Selain yang dikeluarkan KNKT, analisa apa pun tidak bisa dipertanggungjawabkan. "Dan kami belum pernah keluarkan analisa apapun," kata Guru Besar Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung itu.
Rekomendasi KNKT
Tim investigasi KNKT telah mengeluarkan rekomendasi sementara untuk Sukhoi Civil Aircraft sebagai perusahaan pembuat Sukhoi Superjet 100. Rekomendasi diberikan untuk menghindari terulangnya kecelakaan seperti yang terjadi di Gunung Salak. "Kita rekomendasikan perusahaan itu untuk meninjau ulang prosedur dan persiapan demo terbang," kata Mardjono.
Pabrik pesawat asal Rusia itu diminta memberikan arahan dan pelatihan yang lebih intensif kepada para pilot sebelum demo terbang. Terutama, jika demo terbang dilakukan di luar negeri yang medannya belum dikenal pilot.
"Kalau terbang di luar negeri, di wilayah yang belum dikenal pilot, memang harus detil pengarahannya," kata Mardjono.
Jika perlu, tambah dia, Sukhoi mengajak pilot lokal yang lebih mengenal medan saat terbang. "Kalau perlu, penerbang setempat disuruh ikut, duduk di dalam kokpit untuk mengarahkan pilot Sukhoi," ujar dia.
RIA Novosti menyebut rekomendasi tersebut sebagai indikasi kuat kecelakaan disebabkan oleh kesalahan kru pesawat. Media itu mengutip Kepala United Aircraft Corporation, Mikhail Pogosyan, yang menyatakan pesawat dalam kondisi baik sebelum celaka.
Namun, Mardjono tidak sepakat dengan analisa tersebut. Kecelakaan Sukhoi di Gunung Salak, kata dia, bisa disebabkan berbagai faktor, belum tentu manusia. "Penelitiannya belum selesai. Tidak bisa terburu-buru mengambil kesimpulan seperti itu," katanya. "Lagi pula, penelitian ini bukan untuk mencari kesalahan pihak tertentu." (eh)
(source:Vivanews270612)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
Maav apabila belum sempat membalas...